Jasa Pelet - Masa Perkembangan Menuju Kedewasaan

Jasa Pelet - Para psikolog perkembangan lazimnya sependapat bahwa di masyarakat industri Barat anak-anak muda memasuki masa dewasa antara usia 18 dan 20 tahun. Tak seperti masa remaja, yang lazimnya ditandai dengan munculnya pubertas, masa dewasa tak memiliki pertanda fisik yang kongkret untuk mengumumkan kedatangannya. Padahal demikian, beberapa besar orang menempuh tinggi badan akhir pada usia ini dan organ-organ serta sistem-sistem tubuh kita juga telah menempuh kematangan (Wold, 2004)[1].


Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, adalah pelaksanaan dinamis pada masa dewasa bersama berjalan situasi menjadi tua[2]. Sementara istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolesence-adolencere yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”. Dalam psikologi perkembangan dikenal pula masa Adolesen yang berbeda dengan masa dewasa. Masa Adolesen adalah masa peralihan dari masa remaja atau masa pemuda ke masa dewasa.[3] Batas waktu Adolesen adalah 17-19 tahun, atau 17-21 tahun.[4]
Akan tapi kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang “berarti telah tumbuh menjadi tenaga dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah meyelesaikan pertumbuhannya dan dan siap mendapatkan kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya[5].
Padahal berdasarkan KBBI, dewasa adalah hingga usia, akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi), telah menempuh kematangan kelamin, matang (pikiran, pandangan, dll)
Masa dewasa adalah salah satu fase dalam jangka kehidupan sesudah masa remaja. Pengertian masa dewasa ini bisa dihampiri dari sisi biologis, psikologis, dan pedagogis (adab-spiritual).
Dari sisi biologis masa dewasa bisa diistilahkan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi (berketurunan).
Dari sisi psikologis, masa ini bisa diistilahkan sebagai periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau kematangan, adalah:
(1) kestabilan emosional (emotional stability), kapabel mengontrol perasaan: tak lekas berang, sedih, cemas, gugup, frustasi, atau tak mudah tersinggung;
(2) memiliki sense of reality – kesadaran realitasnya – cukup tinggi: berkeinginan mendapatkan kenyataan, tak mudah melamun seandainya mengalami kesusahan, dan tak menyalahkan orang lain dan situasi seandainya menghadapi kegagalan;
(3) bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang berbeda; dan
(4) bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.
Sementara dari sisi pedagogis, masa dewasa ini ditandai dengan:
(1) rasa tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan orang lain;
(2) bertindak pantas dengan norma atau nilai-nilai agama;
(3) memiliki profesi yang bisa menghidupi diri dan keluarganya; dan
(4) berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

B.       KONSEP MASA DEWASA
Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tak dipelajari. Semakin bertambahnya fungsionalisasi komponen-komponen tubuh seseorang, karenanya seseorang hal yang demikian juga akan mengalami pelaksanaan pendewasaan diri.[6]
Masa dewasa berdasarkan beberapa spesialis psikologi perkembangan dibagi tiga, adalah: dewasa permulaan (18-40 tahun), masa madya (41-60 tahun), dan masa dewasa akhir disebut dengan usia lanjut pada jangka usia diatas 60 tahun. Perlu diingat bahwa pembagian ini tak mutlak dan ketat. Pembagian ini hanya menunjukkan usia rata-rata pria dan wanita mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam penampilan, atensi, sikap dan perilaku yang karena tekanan-tekanan lingkungan tertentu dalam kebudayaan akan menimbulkan situasi sulit-situasi sulit penyesuaian diri yang tak bisa tak sepatutnya dihadapi tiap orang dewasa. Sebagaimana ditekankan oleh Gould,”Umur yang tepat dikala perubahan-perubahan itu terjadi adalah produk dari kepribadian gaya hidup dan sub-tradisi sempurna seorang individu”.[7]
Dalam kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap sah menempuh status dewasa seandainya telah menikah, meskipun usianya belum menempuh 21 tahun. Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu diawalinya status kedewasaan hal yang demikian, pada lazimnya psikolog menentukan sekitar usia 20 tahun sebagai permulaan masa dewasa dan berlangsung hingga sekitar usia 40-45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar 40-45 hingga sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun hingga meninggal(Feldman, 1996).[8] Ciri kematangan dipetik dari pendapat Anderson, yang membentuk 7 ciri kematangan, diantaranya:
1.      Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego
Ketertarikan orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dilakukannya, dan tak condong pada perasaan sendiri atau kepentingan pribadi.
2.      Tujuan-tujuan yang jelas dan tradisi-tradisi kerja yang efesien
Seseorang yang matang memperhatikan tujuan-tujuan yang berkeinginan dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu bisa didefinisikannya secara cermat dan tahu mana yang pantas dan tak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
3.      Mengontrol perasaan pribadi
Seseorang yang matang bisa menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tak dibatasi oleh perasaan-perasaanya dalam melaksanakan sesuatu atau berhadapan dengan orang-orang lain. Dia tak mementingkan dirinya sendiri, tapi menentukan pula perasaan-perasaan orang lain.
4.      Keobjektifan
Orang matang memiliki sikap obyektif adalah berupaya menempuh keputusan dalam situasi yang bersesuaian dengan kenyataan.
5.      Mendapatkan kritik dan rekomendasi
Orang matang memiliki harapan yang realistis, paham bahwa dirinya tak senantiasa benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan rekomendasi-rekomendasi orang lain demi penigkatan dirinya.
6.      Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi
Orang yang matang berkeinginan memberi kesempatan pada orang lain membantu usaha-usahanya untuk menempuh tujuan. Berdasarkan realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tak senantiasa bisa dievaluasinya secara sungguh-sungguh, sehingga untuk itu dia mendapatkan bantuan orang lain, tapi tetap dia bertanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
7.      Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru
Orang yang matang memiliki ciri fleksibel dan bisa menempatkan diri seirama dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dalam situasi-situasi baru.[9]
Menjelang masa dewasa sama sekali bukan hanya tentang kematangan fisik atau menempuh usia kronologis tertentu. Orang muda memperhatikan masa dewasa sebagai suatu situasi psikologis dimana individu merasa kapabel mengambil tanggungjawab atas tindakan-tindakan mereka dan kapabel berinteraksi dengan orang-orang dewasa lainnya (khususnya orang tua) sebagai sebaya mereka (Sassler, Ciambrone, & Benway, 2008) dan mengambil keputusan-keputusan mandiri (Shulman & Ben-Artzi, 2003).[10]
Pembagian Masa Dewasa adalah sebagai berikut:
a.       Masa Dewasa Muda
Berdasarkan umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young) adalah mereka yang berusia 20-40 tahun. Umur seorang spesialis psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, bagus transisi secara fisik (physically trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).[11] Masa ini adalah periode penyesuaian  diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, dan mengoptimalkan sikap-sikap baru, harapan-harapan, dan nilai-nilai baru pantas dengan tugas-tugas barunya. Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini suatu periode khusus dan susah dari jangka hidup seseorang.[12]
b.      Masa Dewasa Madya
Pada lazimnya, usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 hingga 60 tahun. Masa hal yang demikian pada hasilnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan fisik dan mental. Oleh karena usia maddya adalah periode yang panjang dalam jangka kehidupan manusia, lazimnya usia hal yang demikian dibagi-bagi ke dalam dua subbagian, adalah:
·         Umur madya dini yang membentang dari usia 40 hingga 50 tahun dan
·         Umur madya lanjut yang berbentang antara usia 50 hingga 60 tahun.[13]
c.       Masa Dewasa Lanjut
Seperti halnya susah untuk menentukan kapan diawalinya fase dewasa, seperti itu pula dirasa susah untuk menunjukkan kapan diawalinya pelaksanaan menjadi tua. Menjelang itu sesungguhnya tak terlalu penting seandainya pendapat mengenai orang lanjut usia tak diwarnai oleh ilustrasi citra yang seperti itu negatif seperti yang ada pada masyarakat pada lazimnya (Marcoen, 1988).[14]
Levinson (1986;1996) beranggapan bahwa siklus kehidupan manusia terdiri dari empat urutan, yang masing-masing berlangsung selama sekitar dua puluh lima tahun.[15] Dia juga mengidentifikasi beberapa periode perkembangan manusia, seperti berikut ini:
1.      Masa anak-anak dan remaja, sejak lahir hingga dengan usia dua puluh lima tahun. Transisi permulaan masa kanak-kanak pada usia tiga tahun.
Masa dewasa permulaan, adalah usia 17-45 tahun
Transisi permulaan, usia 17-22 tahun
2.      Menjelang dunia dewasa, usia 22-28 tahun
Umur 30 tahun, transisi antara 28-33 tahun
Menetap, usia 30-40 tahun
3.      Transisi setengah baya, usia 40-45 tahun
Menjelang usia dewasa tengah, usia 45-50 tahun
Umur 50 tahun, transisi usia 50-55 tahun
Puncak dari dewasa tengah, usia 55-60 tahun
4.      Transisi dewasa akhir, usia 60-65 tahun
Masa dewasa akhir, usia 65-?
Umur Levinson, masing-masing masa/era berbeda dan mempersatukan karakter hidup yang lengkap pada masing-masingnya. Ada transisi diantara masing-masing era, sehingga memerlukan dasar perubahan karakter hidup seseorang, yang mungkin memakan waktu antara tiga dan enam tahun. Era yang luas adalah periode perkembangan, dimana tiap periode ditandai oleh serangkaian tugas dan upaya untuk mengoptimalkan atau memodifikasi satu struktur kehidupan.
Dikala lain, adalah Erik Erikson, pada fase dewasa, membagi tingkatannya ke dalam pengalaman orang dewasa muda dan dewasa, dewasa tengah, dan dewasa tua.
1.      Fase dewasa muda dan dewasa : usia 18-35 tahun.
Pada fase dewasa muda, berdasarkan Erikson, hasil perkembangan ego pada fase ini adalah keintiman dan solidaritas vs isolasi. Jika dasarnya adalah afiliasi dan cinta. Pada tahap permulaan menjadi seorang dewasa manusia mencari satu atau lebih sahabat dan cinta. Jika ini dia mencoba mencari relasi saling memuaskan, khususnya lewat perkawinan, relasi dengan sahabat-sahabat, dan memulai sebuah keluarga.
Pada fase dewasa, meskipun sepatutnya diakui, dikala ini banyak pasangan yang tak memulai berkeluarga hingga mereka berusia tiga puluhan. Dikala negoisasi tahap ini berhasil, manusia bisa mengalami keintiman pada tingkat yang dalam. Dikala kita tak berhasil, akan betul-betul mungkin timbul rasa isolasi dan jarak dari orang lain. Berdasarkan manusia tak merasa mudah untuk menjadikan relasi yang memuaskan, dunia pergaulannya bisa mulai menyusut, seperti bertindak mempertahankan diri. Pada situasi ini seseorang bisa merasa superior dari orang lain. Daya yang signifikan adalah dengan mitra perkawinan dan sahabat-sahabat.
2.      Fase dewasa tengah : usia 35-55 tahun (mungkin malahan usia 65 tahun).
Umur Erikson, hasil perkembangan ego pada fase ini adalah generativitas vs absorpsi-diri atau stagnasi. Jika dasarnya adalah produksi dan perawatan. Kekerabatan adalah yang paling penting dalam fase ini. Erikson memperhatikan bahwa usia pertengahan adalah dikala manusia cenderung kapabel melaksanakan karya kreatif yang bermakna dan membicarakan tentang kehidupan keluarga. Fase ini lazimnya manusia berkeinginan banyak untuk bertanggungjawab atas perannya. Tugas penting di sini adalah melestarikan tradisi dan mewariskan nilai-nilai tradisi lewat keluarga, serta bekerja untuk membangun lingkungan yang stabil. Fase ini malahan ditandai dengan meningkatnya kepedulian terhadap orang lain dan menjadikan sesuatu yang memberikan kontribusi untuk koreksi masyarakat, yang oleh Erikson disebut generativitas atau generativity. Jadi, dikala manusia berada pada fase ini sesekali timbul rasa takut tak bisa aktif dan memberikan sumbangsih yang berarti terhadap masyarakat. Jika anak-anak malahan telah meninggalkan rumah. Daya dengan anak malahan telah berubah, bagus sistem maupun tujuannya. Manusia malahan mungkin menghadapi perubahan besar dalam kehidupan yang krisis, berikut pengorbanan untuk menemukan arti dan tujuan baru. Dikala manusia tak berhasil lewat tahap ini, dia bisa menjadi egois. Daya yang signifikan berada di daerah kerja, masyarakat, dan keluarga.
3.      Dewasa akhir : usia 55 tau 65 tahun hingga kematian.
Umur Erikson, hasil perkembangan ego pada fase ini adalah integritas vs despair atau putus asa. Dasar tenaganya adalah kebijaksanaan. Erikson beranggapan bahwa banyak aspek dari kehidupan dimana orang mempersiapkan kehidupan pada tahap dewasa tengah dan tahap dewasa akhir dia telah merasa nyaman. Mungkin hal ini dikarenakan sebagai orang dewasa manusia tak jarang bisa memperhatikan kembali kehidupannya dengan kebahagiaan dan materi. Juga, dipenuhi dengan perasaan yang mendalam bahwa kehidupan ini memiliki makna dan dia telah membuat kontribusi bagi kehidupan. Perasaan macam ini oleh Erikson disebut integritas. Pada fase ini malahan orang merasakan besarnya hikmat dunia dan kemudian mereorientasi kepedulian yang mulai “terpisah” dengan kepentingan kehidupan duniawi, mendapatkan kematian sebagai penyelesaian kehidupan. Di sisi lain, beberapa orang dewasa bisa menempuh tahap puncak, tapi beberapa lagi putus asa pada pengalaman mereka dan merasakan kegagalan. Mereka mungkin takut mati karena mereka berjuang untuk menemukan tujuan untuk hidupnya, bertanya-tanya “Apakah perjalanan hidup telah dijalankan secara pantas ?” Atau, mereka mungkin merasa bahwa dirinya memiliki seluruh jawaban (yang tak berbeda seperti halnya remaja) dan diakhiri dengan dogmatisma yang kuat yang hanya memperhatikan mereka telah benar. Daya yang signifikan adalah dengan seluruh manusia.

Komentar

Postingan Populer